Gambar

Pegunungan Kendeng yang kaya akan air

Persawahan dengan tanaman padi sepanjang tahun di kaki Pegunungan Kendeng

Gambar

Pepohonan rindang tepi salah satu Penampungan air di Pegunungan Kendeng

Rabu, 24 Desember 2014

Blog Sebagai Media Untuk Menyalurkan Aspirasi

Ditulis dan dipostingkan oleh Penulis.
Pegunungan Kendeng....Sebenarnya adalah sebuah naskah buku yang aku tulis dengan judul " Harga Mati Untuk Pegunungan Kapur Utara". Naskah buku yang sudah aku siapkan, ku kirimkan ke sebuah penerbit terkenal. Naskah diterima oleh Penerbit. Harapan saya.... naskah buku tersebut dapat diterbitkan dan dapat dibaca oleh masyarakat secara umum. Tetapi mungkin dikarenakan isi naskah buku tidak sesuai dengan harapan Penerbit, sehingga naskah buku dikirimkan kembali kepada Penulis. Rasa kecewa dan sedih memang yang aku peroleh. Kecewa karena hasil jerih payahku nggak dapat diterbitkan. Sedih karena aku sudah meluangkan waktu, tenaga, pikiran  serta sedikit biaya untuk menulis naskah buku tersebut. Sedih dan kecewa karena naskah buku yang telah aku tulis tidak dapat dibaca oleh beberapa orang  Pengambil Keputusan dan Kebijakan yang berhubungan dengan Pegunungan Kapur Utara.

Tapi, aku nggak kurang akal. Naskah buku aku jilid menjadi 3 jilid. Satu naskah aku kirimkan ke Penerbit, satu naskah aku yang aku kirimkan kepada Bapak Presiden Republik Indonesia di Istana Negara dua tahun lalu yang pada ada saat itu masih dijabat oleh Bapak Dr. Susilo Bambang Yudhoyono. Dan satu naskah sebagai arsip. Dibaca atau tidak aku tidak tahu. Semoga naskah buku tersebut telah dibaca. Dengan demikian salah satu penentu kebijakan yang berhubungan dengan Pegunungan Kapur Utara atau Pegunungan Kendeng sebagai sedikit masukan atau informasi yang sebenarnya.

Selain itu ....Aku juga berfikir bahwa hasil tulisan yang telah aku ketik seharusnya sampai kepada masyarakat.umum terutama yang tinggal di sekitar Pegunungan Kendeng yaitu Kabupaten Kudus, Kabupaten Pati, Kabupaten Blora, Kabupaten Grobogan, Kabupaten Rembang dan Kabupaten Jepara dapat membaca hasil tulisan ini. Untung ada media Internet. Dengan sedikit kemampuan penulis ....Akhirnya hasil naskah buku dengan judul " Harga Mati Pegunungan Kapur Utara" dapat aku terbitkan sendiri dengan mengubah judul menjadi " Pegunungan Kendeng". dengan demikian hasil tulisanku dapat dikonsumsi dan dapat dibaca oleh masyarakat belahan dunia manapun.

Alhamdulillah...Kesedihan dan kekecewaan saya sudah terobati. Sebuah aspirasi Penulis  tentang Pegunungan Kendeng sudah aku postingkan di Blog dengan judul "Pegunungan Kendeng" yang sebenarnya adalah dari naskah buku asli degan judul "Harga Mati Untuk Pegunungan Kapur Utara". Dan aku sangat bersyukur dan berterima kasih, blog ini telah dikunjungi dan telah dibaca oleh masyarakat pengguna internet sejak diterbitkan hingga sekarang sejumlah lebih dari 7.000 pengunjung. Semoga Pengambil Kebijakan dan Pengambil Keputusan yang berkaitan dengan Pegunungan Kapur Utara atau Pegunungan Kendeng juga memahami begitu pentingnya keberadaanya atau kelestariannya untuk kelangsungan hidup masyarakat di sekitar pegunungan tersebut.

Senin, 27 Oktober 2014

Mitos Pegunungan Kendeng

Ditulis dan dipostingkan oleh Penulis.
Pegunungan Kendeng atau Pegunungan Kapur Utara adalah pengunungan Kapur yang terbentang dari Kudus ,Pati, Purwodadi, Rembang dan Blora. Sesuai dengan karakteristik gunung kapur maka terdapat sungai-sungai didalam pegunungan tersebut. Sehingga sungai tersebut dikeluarkan. Ada sekitar 145 mata air raksasa di Pegunungan Kendeng tersebut. Silakan Lihat Disini

Ternyata ada sebuah mitos yang beredar di masyarakat. Mitos tersebut sampai sekarang masih dipercayai secara kuat oleh sebagian besar masyarakat penghuni Pegunungan Kendeng dan masyarakat Kab. Kudus bagian selatan, masyarakat Kab Pati di bagian selatan, Kab. Rembang, Kab. Blora. Mitos itu adalah Pegunungan Kendeng (Pegunungan Kapur Utara) adalah merupakan penutup sebuah sungai yang begitu besar yang mana sungai tersebut adalah berasal dari dalam tanah yang terhubung secara langsung dengan Laut Kidul/Laut Selatan atau Samudera Hindia. Pegunungan Kendeng dipercaya oleh sebagian besar masyarakat merupakan penutup dari sungai pengubung yang besar tersebut.

Sebuah mitos yang mungkin benar, Kita lihat di Purwodadi ada Bledug Kuwu. Menurut Legenda yang ada, Bleduk Kuwu ada hubungannya dengan Laut Selatan. Bleduk Kuwu air yang keluar asin dan bisa dibuat garam. Garam Kuwu namanya.

Shobat pembaca Pegunungan Kendeng, apabila Pegunungan Kendeng dihancurkan untuk bahan bangunan atau diolah untuk bahan utama Pabrik Semen maka menurut mitos tersebut penutup Sungai dalam tanah yang terhubung dengan Laut Selatan akan terbuka. Sebagai akibatnya adalah air dari Laut Selatan sebagian akan keluar melalui rongga yang besar di dalam tanah untuk menyatu dengan Laut Jawa. Kabupaten Pati, Kabupaten Kudus, Kabupaten Jepara, Kabupaten Rembang diramalkan akan menjadi lautan, alias tak ada lagi tempat bagi penduduk dari keempat Kabupaten tersebut untuk tinggal. Tidak ada lagi kehidupan manusia. Kalau Pegunungan Kendeng dihancurkan maka akibatnya akan sangat fatal. Mungkinkah hal ini benar? Kita lihat saja, Bencana Lumpur Lapindo Sidoharjo, walau sudah ada usaha yang maksimal, tetapi bencana itu belum bisa dihentikan. Kita tidak ingin di kawasan ini tenggelam menjadi Luatan bukan?

Betul atau tidak mitos tersebut adalah Wallohualam, hanya Allah SWT yang Maha Mengetahui. Terlepas benar atau tidaknya sebuah mitos ini, kita seharusnya menjaga kelestarian Pegunungan Kendeng yang selama ini telah dianugerahkan Yang Maha Kuasa untuk ditanami tumbuh-tumbuhan. Hutan yang berada di Pegunungan Kendeng sebagian  mengalami kerusakan karena oleh sebagian oknum penduduk yang menggali untuk kepentingan bahan bangunan. Dan juga selama ini ada usaha-usaha untuk Pembangunan Pabrik Semen di wilayah tersebut.

Senin, 22 September 2014

Bertanam Padi Di Musim Kemarau?

Ditulis dan dipostingkan oleh Penulis.
Baiklah para pembaca Blog Gunung Kendeng yang berbahagia. Sudah sekitar 4 tahun penulis nggak mengisi blog ini, sekarang ini rasanya ada sedikit hal yang perlu aku tulis disini. Tema yang begitu menarik.

Pada umumnya, bertanam padi itu di musim penghujan. Tapi dapatkah bertanam padi di musim kemarau? Dikala air untuk mandi dan mencuci pakain saja sulit, tapi apa mungkin untuk bertanam padi? Pernyataan yang begitu logis. Bila para pembaca dari Pati Kota menuju ke arah Purwodadi, di sebelah selatan Kretek Tanjang di bagian kanan jalan raya  terdapat hamparan tanaman padi yang menghijau baru ditanam oleh para petani.

Selidik punya selidik, ternyata air untuk mengairi sawah-sawah  tersebut disedot dari Sungai Tanjang. Sungai Tanjang,Sungai Ngantru,Sungai Nggilis,Sungai Juwana adalah sama sungainya tapi beda namanya. Merupakan satu aliran. Sungai Juwana berhulu di Pegunungan Kapur Utara atau Pegunungan Kendeng dan bermuara di Laut Jawa. Luar biasa....Sungai ini ternyata penyedia air untuk pertanian dikala musim kemarau. Disamping itu air dari sungai ini menurut pendapat para ahli merupakan penetral air tanah wilayah Pati Selatan supaya air tanah sumbernya tidak asin.

Bercocok tanam padi atau tanaman pertanian yang membutuhkan banyak air tidak hanya di daerah Tanjang, tetapi dilakukan di kanan dan kiri Sepanjang Sungai tersebut. Oleh karena itu, menurut pendapat penulis, kita perlu menjaga kelestarian Sungai tersebut. Penanaman hutan kembali di daerah Pegunungan Kendeng dan menjaga kelestariannya adalah sebuah keharusan. Ada pendapat yang mengatakan bahwa akan adanya usaha-usaha ingin mengexploitasi Pegunungan Kendeng akan diolah menjadi Komoditi Semen adalah merupakan sebuah ancaman besar akan berhenti mengalirnya air dimasa Musim Kemarau di Sungai tersebut. Dengan berhentinya aliran air di Sungai tersebut secara otomatis, para petani di sekitar aliran Sungai, tak dapat lagi bertanam padi di musim kemarau.

Oleh karena itu, maka kita perlu menjaga Kelestarian Sungai, agar ketersediaan pangan khususnya di wilayah Pati dan sekitarnya tetap terjaga. (To be Continued)