Ditulis dan Dipostingkan Oleh Penulis .
Empat ratus tahun lalu, ketika bangsa-bangsa Eropa berpetualang untuk mencari rempah-rempah, sebagian dari mereka sampai ke negeri Paman Sam atau Amerika Serikat yaitu orang orang yang dipimpin Columbus. Sebagian dari mereka sampai ke India dan sebagian yang lain sampai ke Indonesia dan negara-negara lainnya. Pada waktu itu belum ada nama Indonesia. Yang ada adalah Nusantara dengan Kerajaan Kerajaan yang ada. Dua bangsa yang sampai ke negeri kita pada saat itu adalah Bangsa Belanda dan bangsa Portugis.
Menurut beberapa buku yang penulis baca, pada awal kedatangan bangsa Belanda adalah beberapa gabungan dari para pedagang atau beberapa Perusahaan dengan istilah Kompeni yang dalam Bahasa Inggris adalah Company (Perusahaan). Pada awal kedatangan, mereka bertujuan untuk berdagang yaitu jual beli barang. Tetapi lama kelamaan setelah mereka keenakan tinggal di negeri kita dan sebagian besar dari mereka enggan untuk pulang ke negeri asalnya. Bahkan anak dan istrinya mereka usung ke negeri ini. Mereka menetap di negeri kita, kemudian sedikit demi sedikit dengan taktik Devide Et Impera memecah belah, mengadu domba, kemudian menguasai. Bisa kita tebak perusahaan besar atau kompeni (Company) mendapat dukungan yang kuat dari Pemerintah Negeri Belanda.
Penderitaan penderitaan yang dialami oleh bangsa kita. selama 350 tahun dibawah Penjajahan Belanda adalah tidak seindah propaganda yang mereka janjikan yang pada intinya mereka ingin membuat penduduk negeri kita aman tentram damai dan makmur. Kemakmuran,kesejahteraan dan kedamain yang mereka janjikan tak kunjung datang. Justru yang sebagian besar masyarakat dapatkan adalah kelaparan,kebodohan, penderitaan dan kesengsaraan. Banyak diantara masyarakat dipaksa bekerja tanpa upah dengan istilah Kerja Rodi. Tetapi banyak juga kalangan pribumi yang menjadi antek-antek Penjajah. Mereka berkhianat bersekongkol dengan Kompeni dengan memeras bangsanya sendiri.
Dengan menderitanya masyarakat maka timbul perlawanan. Banyak muncul pahlawan yang tersebar di seluruh negeri. Pahlawan tersebut misalnya Pangeran Diponegoro, Pangeran Antasari, Tuanku Imam Bonjol, Pattimura, Cut Nya Dien, Fatahillah, dan masih banyak yang lain. Pemberontakan kepada kaum Penjajah hilang satu tumbuh seribu. Banyak dari pejuang yang membunuh para pengkhianat atau antek-antek Belanda tersebut.
Yang menjadi pertyanyaan adalah apa yang dimaksud pengkhianat itu? Dari deskripsi diatas dapat kita simpulkan bahwa Pengkhianat adalah orang yang mengorbankan teman atau masyarakat untuk kepentingan diri dan keluarganya. Pengkhianat Negeri adalah orang yang mengorbankan sebagian besar masyarakat sehingga membuat masyarakat tersebut hidup menderita, untuk kepentingan pribadi, keluarganya dan teman-temannya.
Pada jaman kemerdekaan sekarang ini adakah orang-orang yang mengorbankan banyak orang untuk kepentingan dirinya sendiri dan keluarganya? Tentu para pembaca yang budiman yang bisa menjawab. Lalu hukuman apa yang pantas untuk para pengkhianat negeri ini? Haruskah dihukum seumur hidup atau dihukum mati? Kita sebagai bangsa tak ingin lagi hidup dijajah. Sebuah perusahaan besar ketika datang di negeri ini tentu dengan kata-kata yang manis dengan seribu propaganda,
Kita sebagai bangsa yang merdeka nggak ingin hidup menderita. Gambaran diatas sudah sebagai bukti betapa menderitanya bila tanah kita diambil dan dikuasai oleh perusahaan (Kompeni/Company). Sudah cukup nenek dan kakek kita yang menderita di alam penjajahan selama kurang lebih 350 tahun.
Para pembaca yang budiman. Mari kita perkuat persatuan dan kesatuan. Memerdekakan negeri ini adalah sangat susah. Bung Karno dan Bung Hatta dengan didukung oleh sebagian besar masyarakat telah berjuang mati matian untuk memerdekakan Bangsa Indonesia. Tak terhitung berapa harta benda yang dikorbankan. Tak terhitung berapa besar nyawa yang melayang. Oleh karena itu,mari kita ikut aktif mengisi kemerdekaan ini dengan belajar keras, bekerja keras dan tekun beribadah sesuai dengan agama dan kepercayaan kita masing masing. Agama boleh beda, keyakinan boleh beda, adat istiadat boleh beda, bahasa boleh beda tapi kita tetap satu yaitu Bangsa Indonesia.
Kita sebagai bangsa tidak mungkin bisa hidup sendiri. Kita butuh bangsa lain untuk hidup saling membantu dan bekerja sama. Walaupun demikian, kita seharusnya berusaha dengan sekuat tenaga untuk tidak menjual tanah negeri ini kepada perusahaan asing untuk kepentingan pribadi atau keluarga dengan mengorbankan ribuan bahkan jutaan masyarakat yang menghuni daerah atau wilayah tersebut.
Pegunungan Kendeng dan sekitarnya telah dihuni oleh ribuan bahkan jutaan masyarakat terutama para petani dan peternak. Mereka telah menggantungkan kehidupan mereka dengan memanfaatkan air dan tanah pertanian di Pegunungan Kendeng tersebut. Pegunungan Kendeng perlu dipertahankan kelestariannya. Bila hutan gundul perlu reboisasi atau penanaman hutan kembali. Pegunungan Kendeng bukan untuk dijual kepada Perusahaan Asing yang akhirnya akan dihancurkan dan dimusnahkan. Bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung didalamya adalah milik negara dan digunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran dan kesejahteraan rakyat. Bila Pegunungan Kendeng dihancurkan dan dimusnahkan diperkirakan Bencana Besar akan menghadang :Silakan Klik Disini
Dengan menderitanya masyarakat maka timbul perlawanan. Banyak muncul pahlawan yang tersebar di seluruh negeri. Pahlawan tersebut misalnya Pangeran Diponegoro, Pangeran Antasari, Tuanku Imam Bonjol, Pattimura, Cut Nya Dien, Fatahillah, dan masih banyak yang lain. Pemberontakan kepada kaum Penjajah hilang satu tumbuh seribu. Banyak dari pejuang yang membunuh para pengkhianat atau antek-antek Belanda tersebut.
Yang menjadi pertyanyaan adalah apa yang dimaksud pengkhianat itu? Dari deskripsi diatas dapat kita simpulkan bahwa Pengkhianat adalah orang yang mengorbankan teman atau masyarakat untuk kepentingan diri dan keluarganya. Pengkhianat Negeri adalah orang yang mengorbankan sebagian besar masyarakat sehingga membuat masyarakat tersebut hidup menderita, untuk kepentingan pribadi, keluarganya dan teman-temannya.
Pada jaman kemerdekaan sekarang ini adakah orang-orang yang mengorbankan banyak orang untuk kepentingan dirinya sendiri dan keluarganya? Tentu para pembaca yang budiman yang bisa menjawab. Lalu hukuman apa yang pantas untuk para pengkhianat negeri ini? Haruskah dihukum seumur hidup atau dihukum mati? Kita sebagai bangsa tak ingin lagi hidup dijajah. Sebuah perusahaan besar ketika datang di negeri ini tentu dengan kata-kata yang manis dengan seribu propaganda,
Kita sebagai bangsa yang merdeka nggak ingin hidup menderita. Gambaran diatas sudah sebagai bukti betapa menderitanya bila tanah kita diambil dan dikuasai oleh perusahaan (Kompeni/Company). Sudah cukup nenek dan kakek kita yang menderita di alam penjajahan selama kurang lebih 350 tahun.
Para pembaca yang budiman. Mari kita perkuat persatuan dan kesatuan. Memerdekakan negeri ini adalah sangat susah. Bung Karno dan Bung Hatta dengan didukung oleh sebagian besar masyarakat telah berjuang mati matian untuk memerdekakan Bangsa Indonesia. Tak terhitung berapa harta benda yang dikorbankan. Tak terhitung berapa besar nyawa yang melayang. Oleh karena itu,mari kita ikut aktif mengisi kemerdekaan ini dengan belajar keras, bekerja keras dan tekun beribadah sesuai dengan agama dan kepercayaan kita masing masing. Agama boleh beda, keyakinan boleh beda, adat istiadat boleh beda, bahasa boleh beda tapi kita tetap satu yaitu Bangsa Indonesia.
Kita sebagai bangsa tidak mungkin bisa hidup sendiri. Kita butuh bangsa lain untuk hidup saling membantu dan bekerja sama. Walaupun demikian, kita seharusnya berusaha dengan sekuat tenaga untuk tidak menjual tanah negeri ini kepada perusahaan asing untuk kepentingan pribadi atau keluarga dengan mengorbankan ribuan bahkan jutaan masyarakat yang menghuni daerah atau wilayah tersebut.
Pegunungan Kendeng dan sekitarnya telah dihuni oleh ribuan bahkan jutaan masyarakat terutama para petani dan peternak. Mereka telah menggantungkan kehidupan mereka dengan memanfaatkan air dan tanah pertanian di Pegunungan Kendeng tersebut. Pegunungan Kendeng perlu dipertahankan kelestariannya. Bila hutan gundul perlu reboisasi atau penanaman hutan kembali. Pegunungan Kendeng bukan untuk dijual kepada Perusahaan Asing yang akhirnya akan dihancurkan dan dimusnahkan. Bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung didalamya adalah milik negara dan digunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran dan kesejahteraan rakyat. Bila Pegunungan Kendeng dihancurkan dan dimusnahkan diperkirakan Bencana Besar akan menghadang :Silakan Klik Disini