Sebagai salah satu tujuan pada Rencana Pendirian Pabrik semen di Sukolilo adalah menyerap 2.000 tenaga konstruksi dan 1.000 tenaga operasional. Hal ini diungkapkan oleh PT Semen Gresik dengan bantuan Pemkap Pati pada 16 November 2008 di Lapangan Kayen. Yang menjadi pertanyaan adalah benarkah demikian?
Adalah tidak salah dalam pengerjaan awal suatu Mega Proyek akan membutruhkan ribuan tenaga kerja untuk jangka pendek.Tetapi kalau Pabrik Semen sudah jadi kira-kira sekitar 5 – 10 tahun mendatang, masihkan pabrik tersebut masih membutuhkan tenaga sebesar itu. Secara akal sehat kita akan berfikir jaman telah berubah dengan cepat. Dengan kemajuan jaman tenaga manusia diganti dengan tenaga mesin dan computer. Pengoperasian mesin dan computer mungkin hanya dilakukan kurang dari 1000 tenaga kerja. Untuk pengoperasian mesin dan computer akan dilakukan oleh orang orang yang benar benar terdidik ahli. Maaf tentu tak akan diberikan kepada para petani local kan.
Untuk pengoperasian suatu pabrik semen yang begitu besar akan dibutuhkan banyak air. Sebagai konsekwensinya adalah pabrik semen akan mengambil sumber-sumber air raksasa atau mengambil air dari sungai-sungai bawah tanah dari pegunungan Kapur Utara terutama di wilayah karst Sukolilo dan karst Kayen. Sebagaimana kita ketahui bahwa ribuan bahkan jutaan penduduk yang berada di Kabupaten Pati sebelah selatan, Kabupaten Grobogan bagian Utara dan beberapa wilayah Kabupaten Blora telah memanfaatkan sumber-sumber air raksasa tersebut untuk kebutuhan air bersih dan kebutuhan pertanian baik di musim kemarau maupun musim penghujan.
Menurut rencana awal pembangunan pabrik semen PT Semen Gresik dengan kapasitas 2.5 juta ton pertahun akan memerlukan lahan sekitar 2.000 ha. Lahan tersebut 900 ha terletak di desa Tompe Gunung, Desa Sumber Soko, Desa Kedu Mulya dan Desa Gadudero. lokasi penambangan tanah liat seluas 500 ha terletak di desa Gadudero, Desa Baturejo, Desa Kasiyan dan Desa Sukolilo. Sedangkan lokasi
Pabrik Semen seluas 75 ha terletak di Desa Kedumulya.Kalau pembangunan pabrik semen benar-benar terjadi di kawasan karst Sukolilo dan Kayen, benar-benar menjadi suatu kenyataan maka secara otomatis sebagian besar Pegunungan Kapur Utara akan dikepras dan diambil batuan kapurnya untuk bahan dasar semen. Dengan penghancuran pegunungan tesebut akan membawa dampak secara langsung dengan hancurnya struktur tanah, bebatuan,goa-goa alam dan sungai-sungai bawah tanah di daerah pegunungan tersebut. Ratusan mata air-mata air alam raksasa yang muncul dari pegunungan tersebut kemungkinan besar akan mengecil dan bahkan dapat menghilang.
Dengan musnahnya mata air- mata air alam raksasa, daerah-daerah yang berada di wilayah Pegunungan Kapur Utara yaitu wilayah Kabupaten Pati selatan, wilayah Kabupaten Grobogan Utara dan sebagian wilayah Kabupaten Blora akan mengalami kekeringan yang panjang karena akan mematikan jutaan sumber air dalam tanah di ketiga wilayah kabupaten. Dengan tak adanya air, maka ribuan hektar sawah yang sementara ini di teraliri oleh air dari sumber-sumber raksasa yang dapat ditanami padi atau jagung sepanjang tahun akhirnya menjadi sawah tadah udan dan kesuburanya akan berkurang. Selain itu bencana yang dapat terjadi adalah kekeringan di musim kemarau dan banjir bandang besar di beberapa wilayah di sekitar pegunungan tersebut.
Menurut penjelasan Dr. Eko Haryanto, Dekan Fakultas Geografi UGM, keberadaan lapisan permukaan tanah akan berpengaruh pada sumber mata air yang mengalir dalam dari dalam pegunungan kapur ini. Jika lapisan batu kapur ditambang, maka resapan air juga berkurang. Padahal sumber air di pegunungan ini telah mampu mengairi 2.010 ha sawah yang terletak di kaki Pegunungan Kendeng Utara dengan menggunakan irigasi teknis dan wilayah- wilayah yang terletak di sebelah utara di sepanjang Sungai Juwana II dan Sungai Juwana I yang menggunakan system pompanisasi.Hal ini dapat terjadi karena aliran air dan saluran irigasi Jeratun Seluna belum mencukupi kebutuhan air semua petani di Kecamatan Sukolilo dan Kayen.
Dengan bertitik tolak pada penelitian ahli Geografi tersebut dapat penulis simpulkan bahwa dengan explorasi dan exploitasi Pegunungan Kapur Utara dampak negative secara langsung adalah sulitnya persawahan ditanami padi dan jagung terutama pada musim kemarau , maka ribuan bahkan jutaan petani yang berada di Kabupaten Pati selatan, Kabupaten Grobogan utara dan Kabupaten Blora yang semula mengandalkan sumber-sumber air raksasa dari Pegunungan Kendeng Utara secara otomatis mereka akan kesulitan mendapatkan air. Kekurangan atau keterbatasa air bagi para petani tersebut merupakan bencana besar karena secara logika mereka tidak dapat bekerja alias kehilangan mata pencaharian untuk penghidupan mereka.
Menurut suatu penelitian yang dilakukan oleh Pusat Studi Managemen Bencana Universitas Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta dan ASC ( Acityacunyata Speleological Club) Yogyakarta, yang telah memanfaatkan sumber-sumber air raksasa di wilayah karst Sukolilo dan Kayen adalah 8.000 keluarga dan 4.000 ha lahan pertanian.(http://www.vhrmedia.com). Jumlah penduduk yang besar ini belum termasuk penduduk yang telah memanfaatkan sumber-sumber air raksasa di wilayah Kabupaten Grobogan dan Kabupaten Blora. Dengan penghancuran Pegunungan Kapur Utara akan membawa dampak secara langsung dengan hilangnya mata pencaharian ribuan hingga jutaan petani di wilayah Pegunungan Kapur Utara. Kalau tak ada air maka tak ada lagi kehidupan. “Apalagi untuk membeli air untuk minum ternak, Pak. Air minum untuk diminum sendiri saja bakal membeli,lalu dari mana uangnya, Pak. Haruskah kami bekerja di pabrik semen? Tentu kami tidak sanggup dan tak mungkin, Pak.” kata salah seorang dari mereka. Kalau rencana pendirian pabrik semen benar-benar menjadi suatu kenyataan bukan kesejahteraan yang didapat oleh para petani di kawasan Sukolilo tetapi bencana dan mala petaka bagi ribuan hingga jutaan petani di wilayah Pegunungan Kendeng Utara.
Ribuan petani yang berada di wilayah Pegunungan tersebut selama ini memberi makan anak dan istri mereka dengan beras,jagung dan tanaman lainnya. Mereka juga menjual sebagian gabah atau beras untuk biaya menyekolahkan anak anak mereka. Selain itu sebagian dari mereka dapat memanen tanaman jati yang mereka tanam di tanah pekarangan mereka untuk diambil kayu untuk bahan bangunan dan sebagian yang lain dijual untuk ongkos menyekolahkan anak-anak mereka ke kota atau untuk biaya menguliahkan anak-anak mereka. Sementara yang karena miskin yang tidak mempunyai sawah atau kebun dapat bekerja sebagai buruh tani atau mengambil dahan-dahan yang kering dari kayu di hutan untuk ditukar dengan sesuap nasi.Seandainya pendirian pabrik semen benar-benar menjadi kenyataan ribuan petani dan keluarganya kehidupannya akan sengsara dan sangat menderita. (Ditulis oleh P Damin)
Kamis, 08 November 2012
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
dijaman pembangunan sekarang ini. memang,semen menjadi bahan dasar yg sangat dibutuhkan. sekalipun begitu,jika didaerah yg mengandung air sangat melimpah. dan,itu sdh pasti dapat mengairi banyak lahan pertanian yg sekaligus itu berarti menjadikan kehidupan masyaraknya sejahtera. sy pribadi mendukung untuk menolak rencana pembangunan pabrik semen. yg dampaknya pasti jauh lebih buruk,ketimbang baiknya bagi kesejahteraan masyarakatnya itu sendiri...
BalasHapusTerima kasih sekali Pak/Mas Rojin Sabaspitaha....
Hapus